Seringkali, pria bingung dalam memilih jenis celana
dalam antara boxer atau brief. Namun, hal tersebut ternyata berpengaruh pada
kesuburan atau jumlah sperma laki-laki.
Mengutip USA Today pada Jumat , sebuah studi
diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction. Para peneliti melakukan analisis
terhadap 656 pria. Studi ini menemukan, pilihan pakaian dalam sangatlah
penting.
Studi tersebut menyebutkan, celana yang terlalu
ketat kemungkinan bisa menjadi penyebab naiknya suhu di testis. Hal tersebut yang
membuat buruknya sperma.
Penulis studi Jorge Chavarro, profesor nutrisi dan
epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Amerika Serikat
Jorge Chavarro mengatakan, beberapa pria mungkin mendapatkan manfaat yang vesar
dari perubahan jenis celana dalam yang mereka kenakan.
Mana
yang lebih tinggi jumlah spermanya?
Penelitian tersebut melibatkan pria dengan usia 18
hingga 56 yang berkunjung ke klinik kesuburan di Massachusetts General Hospital
di Boston, Amerika Serikat. Para peneliti mengumpulkan air mani dan sampel
darah, serta bertanya jenis pakaian dalam yang sering mereka gunakan.
Para peneliti menemukan, pria yang menggunakan semua
jenis pakaian dalam memiliki jumlah cairan yang sama dalam ejakulasi. Namun,
mereka yang memakai boxer memiliki 25 persen konsentrasi sperma lebih tinggi.
Sehingga, jumlah sperma totalnya 17 persen lebih tinggi.
Selain itu, tes darah juga menunjukkkan tidak ada
hubungan antara pilihan celana dalam dengan kadar testosteron.
Walaupun begitu Chavarro mengatakan, perlu dicatat
bahwa pria di kedua kelompok pakaian memiliki rata-rata sperma yang cukup.
Sehingga, sekalipun jumlahnya lebih rendah, sperma yang diproduksi para pemakai
brief sama sehatnya.
Menurut profesor urologi di Stanford University
School of Medicine Michael Eisenberg, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
membangun hubungan yang cukup dalam cara dokter memberikan nasehat pada pria
soal kesuburan.
"Saya biasanya menasehati para pria bahwa
mereka dapat memilih jenis pakaian dalam yang paling nyaman, tetapi jika mereka
merasa panas, jenis yang lain mungkin lebih masuk akal," ujar Eisenberg
yang tidak terlibat di penelitian ini.
Para peneliti juga memperhitungkan gaya hidup
masyarakat. Seperti obesitas, merokok, serta kebiasaan mandi air panas yang
mungkin saja bisa menurunkan jumlah sperma.
0 komentar:
Posting Komentar