Cuma ada 4 kamar yang terisi pada saat itu. Satu
keluarga muda, mungkin baru berumur 30-an, Seorang pria setengah baya, dan 2
wanita muda yang cantik dan seksi, umurnya sekitar 22-27 (mereka tinggal satu
kamar) dan aku. Kebetulan mereka berdua tinggal di sebelah kamarku. Sebut saja
mereka Evi dan Silvi. Evi yang lebih muda selalu ada di rumah sore hari, jadi
aku sering mengobrol dengannya. Seminggu setelah aku tinggal di tempat kost itu
barulah mulai petualangan seksku. Siang itu seperti biasa aku pulang kuliah dan
tiba di tempat kostku.
Tidak sengaja aku melihat ke dalam kamar Evi, Evi
sedang tidur siang. Mungkin karena udara di temat kostku cukup panas dia tidak
menutup jendela dan hanya mengunakan kaos tipis dan celana pendek, dan saat itu
kaosnya sedikit tersingkap dan terlihat payudaranya (Evi tidur tanpa
menggunakan bra). Saat itu juga darahku terasa naik dan penisku mengeras. Jujur
saja, aku belum pernah melihat pemandangan seindah itu. Tapi saat itu aku cuma bisa
mengagumi dengan melihatnya saja. Setelah puas akupun masuk ke kamarku dan
mengkhayal bila aku bisa meraba payudara dan paha mulusnya. Sekitar jam 3 sore
aku keluar kamar, kulihat Evi sudah bangun dan sedang duduk di depan kamarnya
dan memang seperti biasa kost tempatku itu sedang sepi. Masih dengan pakaian
yang tadi, akupun keluar dan mengobrol dengan Evi dan sekali lagi aku cuma bisa
memandangnya. Kamar kost Evi isinya cukup lengkap, TV, VCD dan bahkan kulkas.
Dengan dalih mau nonton TV aku ajak Evi untuk ngobrol di dalam saja. Walaupun
ngobrol, mataku sekali-kali melirik ke badannya dan mangagumi tubuhnya. Penisku
mengeras melihat itu dan akupun semakin gelisah. Melihat aku gelisah Evi
tersenyum. “Kenapa Re?, Gak enak yah duduk dibawah?”, Tanya Evi sambil senyum.
“Ah gak kok cuma kesemutan” jawabku sekenanya sambil melirik ke arahnya.
“Panas ya
udaranya. Lihat, bajuku aja sampe basah sama keringat”, katanya sambil
menarik-narik bajunya. “Aku mandi dulu yah, kamu mau ikut gak mandi bareng
aku?”, sambil tertawa dan menyubit pinggangku. “Bener nih”, tantangku. Evi cuma
tertawa dan berlalu ke kamar mandi. Kamar kost kami masing-masing ada kamar
mandinya dan juga ada di belakangku. Entah kenapa tiba-tiba VCD-nya menyala
sendiri (ternyata remotenya kedudukan olehku) dan ternyata ada film di VCD-nya,
dan itu film porno. Aku tonton film itu dan tanpa sepengetahuanku ternyata Evi
sudah selesai mandi dan telah berdiri di belakangku. “Hayo nonton BF ya”,
katanya tiba-tiba membuatku kaget. Aku menoleh dan oh god, Evi cuma menggunakan
handuk saja. Tingginya yang 165 cm berkulit putih hanya menggunakan handuk
sebatas dada dengan payudaranya yabg sedikit terlihat dan bawahnya beberapa
centi saja dari lekuk pantatnya yang bulat. “Eh sorry vi, gak sengaja. VCD nya
nyala sendiri” kataku sambil mematikan VCD. “Kok dimatiin, abis ini adegannya
seru loh..?” katanya sambil duduk di sebelahku dan menyalakan VCD lagi. Penisku
yang sudah sejak siang tadi sudah menegang jadi semakin tegang sekarang apalagi
noton VCD itu ditemani seorang Evi yang cantik di sebelahku dengan hanya
menggunakan handuk. “Tuh kan adegannya seru” katanya. Saat itu di VCD tampak
sang bintang wanita sedang merintih karena vaginanya dijilati. “Kalo dijilat
gitu rasanya enak gak?” tanyaku. Evi tersenyum saja menjawabnya, “Dah, liat
dulu aja” Sekarang aku semakin gelisah dan penisku semakin menegang.
Evi tampak menikmati film itu dan nafasnya pun
semakin berat mungkin karena gairahya yang mulai timbul sama dengan gairahku
yang sudah timbul sejak siang tadi. Pelan-pelan aku mencium aroma wangi dari
tubuh Evi yang segar setelah ia mandi. Dan aku pun mencium lehernya. Evi pun
melengos. “Kenapa Ren?, Kamu mau cium aku ya?” “Aku dah gak kuat Vi, boleh yah
aku cium Vi?” “Kamu dah konak ya dari tadi”, katanya sambil meraba penisku dari
luar. Saat itu aku pakai celana pendek Hawaii. Aku diam saja dan terus mencium
lehernya. Pelan-pelan tanganku menarik handuknya turun sehingga terlihat
payudaranya yang putih dan indah. Putingnya yang agak kecoklatan naik ketika
kuraba lembut. Akupun segera melumat bibirnya sambil tanganku meraba
payudaranya. Evi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. “Hhh”, terdengar
desisnya ketika mulutku meluncur turun dan mulai menciumi payudaranya yang
kira-kira berukuran 36B. Tanganku pun makin sibuk melepas seluruh handuknya
sehingga membuat jariku dapat dengan mudah menyelusup ke liang kewanitaannya.
“Ssshhh terus Ren”, desisnya semakin menjadi ketika tanganku mengelus
klitorisnya. Mulutku pun sibuk menciumi-kedua bukit kembarnya. Tangan Evi yang
semula di samping perlahan naik ke kepalaku dan meremas rambutku. Genggamannya
makin kuat seiring gerakan tanganku di vaginanya yang sudah mulai basah.
Pelan-pelan mulutku mulai turun menciumi perutnya dan akhirnya sampai di liang
kewanitaannya. “Aaahhh Ren, enak Ren” Evi menggelinjang hebat ketika lidahku
menyapu habis klitorisnya. Vaginanya yang sudah basah dengan lendirnya semakin
basah oleh sapuan lidahku. Tangannya yang sudah bebas bergerak ke penisku dan
mengocok penisku. “Enak Vi” erangku menerima kocokan di penisku. Penisku
semakin tegang dan mulai basah. “Besar juga punyamu Ren” kata Evi di tengah
racauannya.
Lidahku pun
jadi semakin giat melumat habis klitorisnya. Dan akhirnya kulihat lubang
kewanitaannya dan kumasukan lidahku ke dalamnya. “Ren, kamu nakal Ren” racaunya
dan badannya pun menggeliat hebat, kocokannya pun pada penisku semakin cepat
membuatku terengah-engah. Setelah 15 menit lidahku mengobok-obok vagina dan
lubang kewanitaannya, tubuh Evi pun menegang disertai desahan kepuasannya. Evi
orgasme dengan menjepit kepalaku di antara kedua paha putih mulusnya. Kocokan
pada penisku pun melemah padahal aku sedang merasakan nikmatnya. Celanaku yang
masih terpakai aku lepas dan kuarahkan batang kemaluanku ke mulut Evi. Evi pun
menarik penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilati kepala
penisku. Tubuhkupun direbahkannya sambil terus mengulum penisku. Makin lama
kuluman Evi bertambah cepat membuatku merasakan nikmat yang belum kurasakannya
sebelumnya. Sambil menikmati kuluman Evi, aku melihat ke arahnya. Rambut
hitamnya yang lebat menutupi sebagian besar wajahnya. Matanya sesekali terpejam
dan melirik nakal ke arahku sambil mengulum penisku dengan cepatnya. Akupun
mengubah posisiku dan kembali menciumi bagian kewanitaannya dan melumat habis
kllitorisnya lagi. Evi pun mendesah dan makin cepat mengulum penisku sambil
sesekali tangannya memainkan buah zakarku. Cukup lama juga posisi 69 itu
kulakukan sebab kenikmatan sama-sama kami rasakan. Hingga akhirnya Evi
mengalami orgasme yang kedua kalinya dengan desahan puas yang cukup panjang dan
melepas kulumannya. “Ren, Masukin penismu dong Ren, jangan buat aku tersiksa”
racau Evi di antara desahannya. Akupun mengatur posisiku. Evi yang masih tidur
telentang dengan kaki menekuk membuka pahanya sehingga aku dapat melihat vagina
indahnya. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah membesar dan menegang ke
lubang kewanitaannya. Pelan-pelan kumasukkan kepala penisku, kulihat Evi
menggigit bibirnya ketika penisku masuk ke dalam vaginanya yang sempit. Akupun merasakan
kenikmatan yang baru kali itu kurasakan ketika seluruh batang kemaluanku
tertanam di lubang kemaluannya, terjepit dan seperti dipijat. Akupun
mengerakkan pantatku maju mundur sambil kulihat Evi memejamkan mata dan
mendesah. Tak lama Evi pun mengimbagi gerakanku dengan sesekali menggoyangkan
pinggulnya. “Lebih cepat sedikit Ren, ahhh, enak sekali”. Akupun mempercepat
gerakanku. Evi pun melenguh dan mendesah, dan pinggulnya pun makin cepat
bergerak. “Terus Ren”, katanya. Desahannya membuatku semakin bernafsu dan
akupun mencium bibirnya, lehernya dan belakang telingnya. Desahan dan nafasnya
semakin tak beraturan. “Terus Ren, aku sebentar lagi sampai”. Akupun
mempercepat gerakanku dan tak lama Kaki Evi yang melingkar di pinggangku
menguat begitu juga pelukannya. Evi telah orgasme lagi. Lenguhannya yang
panjang membuatku semakin terangsang. Tetapi Evi mendorong tubuhku karena
badannya cukup lelah. “Kamu masih belum keluar ya Ren? Tanya Evi. Dia pun
menarik penisku sambil dan kembali mengulumnya. Kulumannya kali ini pun cukup
lama sambil tanganku memainkan klitorisnya. Setelah agak lama, Evi pun mengatur
posisinya dan memeragakan gaya woman on top. Dia duduk di atas perutku sambil
menggoyangkan pinggulnya dan sesekali memutarnya. Akupun mencoba bangkit karena
aku tak tahan melihat payudaranya yang putih. Aku ingin sekali mencium dan
melumat payudara putih dan kenyalnya. Kucium payudaranya dan perlahan naik ke
lehernya dan belakang telinganya. Aku suka sekali mencium belakang telinganya
karena Evi selalu mendesah hebat kalau dibegitukan. Seiring dengan desahan dan
gerakan tubuhnya yang semakin cepat akupun merasa aku akan mencapai puncak
kenikmatanku.
Desahan dan gerakannya makin cepat, akhirnya melemah
diiringi desahannya yang panjang. Akupun mencapai puncak kenikmatanku saat itu.
Sambil mendesah Evi pun membaringkan tubuhnya ke kasur dengan posisi penisku
masih ada di dalamnya. Akupun perlahan mencabut batang kemaluaku yang telah
basah oleh cairannya dan cairanku sendiri. Kucium lagi bibirnya sambil kuucapkan
terima kasih padanya. “Makasih ya Vi, Ini pengalaman pertamaku, tapi aku puas
dengan dirimu”. “Aku juga puas dengan kamu Ren. Kamu hebat Ren”. “Aku juga Vi”,
kataku sambil mencium bibirnya lagi. Aku pun berdiri dan mengenakan bajuku
lagi. Evi pun memperhatikan penisku ketika aku mengenakan baju. Dia duduk dan
kembali mengulum penisku. Tapi itu tidak berlangsung lama padahal penisku sudah
siap dan tegang lagi. “Di simpan buat lain kali aja ya Ren”, katanya ketika
nafasku mulai kembali tidak beraturan. Aku hanya tersenyum, “Masih ada lain
kali ya Vi”. Evi hanya tertawa dan kembali ke kamar mandi. Ternyata ‘lain kali’
itu adalah keesokan harinya dan berlanjut terus setiap kali ada kesempatan.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar