Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di
kota “S”, nama initialku Rus, dan aku pernah mengirimkan cerita “Rahasiaku”
kepada situs ini. Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita
yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami
percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45
tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan
libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam
“Rahasiaku.”
Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante
Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari
pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku,
tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila
diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku
dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada
laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test
esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk
pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat
aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku
pernah bercinta dengannya
seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin
jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku
tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan
sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga
mereka berada pada kamar yang terpisah.
Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari
setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan
pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku
membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu
menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
Hmm.. ia sudah datang, gumamku, aku langsung menuju
kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan
wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke
pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar
sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba
memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah
udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku
mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara
yang tertutup triplek itu.
Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar
triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di
kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan
lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan
bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante
Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu.
Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu,
Dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai
ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan
Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan
sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir
pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas,
wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria
menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara
pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya.
Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati
adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung,
walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali,
aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat
aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin
mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba
klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi
sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku
memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku
membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan
membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan
ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.
Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku
tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua
sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget
dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
“Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu.”
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan
dan ia membalasnya,
“Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari
Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik. Kulihat sinar matanya
sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona
sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
“Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi
malam.”
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi
yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami
beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang
dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering
melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar
ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.
Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
“Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang
sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan
Tante ke rumah Tante Diana.”
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang
beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan
tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku
mengajukan pertanyaan kepadanya,
“Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.”
Dan Vera pun menjawab, “Yah, belum terlalu lama,
baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota “Y”, aku kos
disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu
shift disini.”
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut
menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami,
kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan
Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante
Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja,
karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan
percintaan.
Aku pura-pura kaget,
“Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah
kakak seorang lesbian,” kataku.
Vera menjawab, “Entahlah, aku tak pernah berhasil
dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan
ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun
Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan
wanita yaitu dengan seniorku.”
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia
mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku
mencoba bertanya kepadanya,
“Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.”
Dan Vera menjawab, “Karena aku mempercayaimu, aku
ingin kau lebih dari seorang sahabat.”
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku
tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga
ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi
tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.
Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas
senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya
menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah,
aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku
juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami
seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan
bibirku, kurasakan tangannya membuka paksabaju kaosku, bahkan ia merobek baju
kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku
membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena
dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.
Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang
lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika
ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy,
sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat
bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti
Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat
kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh
kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu
sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini
seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan
Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan
lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku.
Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati
semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak
rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.
Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba
pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke
kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi
matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya
dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri
Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera
secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud
Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke
wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba
berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan
sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai
datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai
temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku,
sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak
tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku
aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat
tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.
Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera
masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di
payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan
usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera
menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku.
Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah
dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante
Maria.
Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku
dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia
menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria.
Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami
berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka
berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka
Masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan
akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya
pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat,
dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku,
dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh
tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut
Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar
dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku
menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi
sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan
gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi
dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai
dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk
duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan
lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan
dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak
berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan
tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun
Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang
menyelinap di kamar itu.
Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah,
tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka
ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami
melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi,
seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera
dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi
semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih
memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante
Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh
Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di
ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga
bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh.
Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.
Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara
berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan
Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan
akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu.
Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan
kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah
menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi
Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian
macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di
perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.
Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat
membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena
Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu
Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan
Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan
uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan
sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik
wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan
yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar