Hari itu Yuli terlambat bangun untuk berangkat
sekolah, padahal sebelumnya dia selalu bangun lebih pagi. Mungkin semalam
keasyikan nonton acara TV, sehingga pagi ini dia harus buru-buru kalau tidak
ingin terlambat sampai di SMA. Yuli adalah pelajar kelas 1, minggu depan dia
akan berulang tahun yang ke-15.
Dengan wajah yang manis, rambut sebahu, kulit putih
bersih, mata bening dan ukuran payudara 34B, tak heran Yuli selalu menjadi
incaran para lelaki, baik yang sekedar iseng menggoda atau yang serius ingin
memacarinya. Tetapi sampai hari ini Yuli belum menjatuhkan pilihannya.
Alasannya cukup klasik, “Maaf ya.., kita temenan aja
dulu.., soalnya saya belum berani pacaran.., khan masih kecil, ntar dimarahin
ortu kalau ketahuan..” begitu selalu kilahnya kepada setiap lelaki yang
mendekatinya.
Begitulah Yuli, gadis manis yang belum terjamah
bebasnya pergaulan metropolis seperti Jakarta tempatnya tinggal. Yuli mungkin
akan cukup lama bertahan dalam keluguannya kalau saja peristiwa itu tidak
terjadi.
Pagi itu selesai menyiapkan diri untuk berangkat,
Yuli sedikit tergesa-gesa menjalankan Honda Supra-nya. Tanpa disadarinya dari
kejauhan tiga pasang mata mulai mengintainya. Anton (25 tahun) mahasiswa salah
satu PTS yang pernah ditolak cintanya oleh Yuli, hari itu mengajak dua rekannya
(Iwan dan Tejo) yang terkenal bejat untuk memberi pelajaran buat Yuli, karena
Anton yang playboy paling pantang untuk ditolak, apalagi oleh gadis ingusan
macam Yuli.
Tepat di jalan sempit yang hampir jarang dilewati
orang, Anton dan kawan-kawan memalangkan Toyota Land Cruser-nya, karena mereka
tahu persis Yuli akan melewati jalan pintas ini menuju sekolahnya. Sedikit
kaget melihat mobil menghadang jalannya, Yuli gugup dan terjatuh dari motornya.
Anton yang berada di dalam mobil beranjak keluar.
“Hai yul.., jatuh ya..?” kata Anton dengan
santainya.
“Apa-apaan sih kamu..? Mau bunuh aku ya..?” hardik
Yuli dengan wajah kesal.
“Nggak.., cuman aku mau kamu jadi pacarku, jangan
nolak lagi lho..! Ntar..” kata Anton yang belum sempat menyelesaikan
kata-katanya.
“Ntar apa..?” potong Yuli yang masih dengan wajah
kesal.
“Ntar gue perkosa lo..!”
“Sialan dasar usil, cepetan minggir aku udah telat
nih..!” bentak Yuli.
Air mata di pipinya mulai menetes karena Anton tetap
menghalangi jalannya.
“Anton please.., minggir dong..!” pintanya sudah
tidak sabaran lagi.
Anton mulai mendekati Yuli yang gemetar tidak tahu
harus bagaimana lagi menghadapi bajingan ini. Tiba-tiba dari arah belakang
sebuah pukulan telak mendarat di tengkuk Yuli yang membuatnya pingsan seketika.
Rupanya Iwan yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon bersama delapan orang
lainnya sudah tidak sabar lagi.
“Ayo kita angkut dia..!” perintah Anton kepada
teman-temannya.
Singkat cerita, Yuli dibawa ke sebuah rumah kosong
di pinggir kota. Letak rumah itu menyendiri, jauh dari rumah-rumah yang
lainnya, sehingga apapun yang terjadi di dalamnya tidak akan diketahui
siapapun.
Sebuah tamparan di pipinya membuat gadis ini mulai
siuman. Dengan tatapan nafsu dari dua lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya
kecuali satu orang, yaitu Anton. Yuli mulai ketakutan memandang sekelilingnya.
Apa yang akan terjadi samar-samar mulai terbayang di matanya. Jelas sekali dia
akan diperkosa oleh 3 orang. Rupanya mereka sudah tidak sabaran lagi untuk
segera memperkosa Yuli. Tangan-tangan mereka mulai merobek-robek pakaian gadis
itu dengan sangat kasar tanpa perduli teriakan ampum maupun tangisan Yuli.
Setelah menelanjangi Yuli sehingga Yuli benar-benar
bugil. Sekali sentak Iwan menjambak rambut Yuli dan menariknya, sehingga tubuh
Yuli yang tekulai di lantai terangkat ke atas dalam posisi berlutut menghadap
Iwan.
“An.., lo mau gue apain nih cewek..?” kata Iwan
sambil melirik ke arah Anton.
“Terserah deh.., emang gue pikirin..!”
Iwan menatap sebentar ke arah Yuli yang sudah sangat
ketakutan, air matanya nampak mengalir dan, “PLAK..!” tamparan Iwan melayang ke
pipinya.
Anton dan yang lainnya mulai membuka pakaian
masing-masing, sehingga sekejap orang-orang yang berada dalam ruangan itu
semuanya telanjang bulat. Yuli yang terduduk di lantai karena dicampakkan Iwan
kembali menerima perlakuan serupa dari Anton yang kembali menjambak rambutnya,
hanya saja tidak menariknya ke atas, tetapi ke bawah, sehingga sekarang Yuli
dalam posisi telentang. Teman-teman Anton memegangi kedua tangan dan kaki Yuli,
sedangkan Anton duduk tepat di atas kedua payudara Yuli. Penis Anton yang sudah
mengeras dengan panjang 18 cm ditempelkan ke bibir Yuli.
“Ayo isep kontol gue..!” bentak Anton tidak sabaran.
Karena Yuli tidak juga membuka mulutnya, Anton
menampar Yuli berkali-kali. Karena tidak tahan, akhirnya mulut mungil Yuli
mulai terbuka. Tanpa ampun Anton yang sudah tidak sabaran memasukkan penisnya
sampai habis, tonjolan kepala penis Anton nampak di tenggorokan Yuli.
Anton mulai memaju-mundurkan penisnya di mulut Yuli
selama 5 menit tanpa memberi kesempatan Yuli untuk bernafas. Yuli kesakitan dan
mulai kehabisan nafas, Anton bukannya kasihan tetapi malah semakin brutal
menancapkan penisnya.
Selang beberapa saat, Anton mengeluarkan penisnya
dari mulut Yuli, dan segera diganti oleh Penis Iwan yang panjangnya hampir 20
cm. Tejo yang sedari tadi memegang kaki Yuli mulai menjalankan aksinya. Paha
Yuli ditarik ke atas dan mengarahkan penisnya ke vagina Yuli. Penis Tejo yang
paling besar di antara kedua rekannya tidak terlalu gampang menembus vagina
Yuli yang memang sangat sempit, karena masih perawan.
Tetapi Tejo tidak perduli, penisnya terus ditekan ke
dalam vagina Yuli dan tidak berapa lama Yuli tampak meringis kesakitan, tetapi
tidak mampu bersuara karena mulutnya tersumbat penis Iwan yang dengan kasarnya
menembus hingga tenggorokannya.
Tejo memaju-mundurkan penisnya ke dalam vagina Yuli
dan nampak darah mulai menetes dari vagina Yuli. Keperawanan Yuli telah dikoyak
Tejo. Iwan yang tidak puas akan “pelayanan” Yuli nampak kesal.
“Ayo isep atau gue cekik lo..!” bentaknya ke arah
Yuli yang sudah dingin pandangannya.
Yuli yang sudah putus asa hanya dapat menuruti
keinginan Iwan. Mulutnya dimaju-mundurkan sambil menghisap penis Iwan.
“Ayo cepat..!” kata Iwan lagi.
Karena dalam posisinya yang telentang, agak sulit
bagi Yuli menaik-turunkan kepalanya untuk mengulum penis Iwan, tetapi Iwan
rupanya tidak mau perduli. Yuli melingkarkan tangannya ke pinggang Iwan, sehingga
dia dapat sedikit mempercepat gerakannya sesuai keinginan Iwan.
Hampir 30 menit berlalu, Iwan hampir ejakulasi,
rambut Yuli ditarik ke bawah sehingga wajahnya menengadah ke atas. Iwan
mencabut penisnya dari mulut Yuli.
“Buka yang lebar dan keluarin lidah lo..!” bentaknya
lagi.
Yuli membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan
lidahnya keluar. Iwan memasukkan kembali setengah penisnya ke mulut Yuli dan,
“Ah.., crot.. crot.. crot..!” sperma Iwan yang banyak masuk ke mulut Yuli.
“Telan semuanya..!”
Yuli terpaksa menelan semua sperma Iwan yang masuk
ke mulutnya, walau sebagian ada yang mengalir di sela-sela bibirnya.
Tejo yang juga hampir ejakulasi mencabut penisnya
dari vagina Yuli dan merangkat ke atas dada Yuli dan bersamaan dengan Iwan
mencabut penisnya dari mulut Yuli. Tejo memasukkan penisnya ke mulut Yuli
sampai habis masuk hingga ke tenggorokan Yuli.
Dan, “Crot.. crot.. crot..!” kali ini sperma Tejo
langsung masuk melewati tenggorokan Yuli.
Anton yang sedari tadi menonton perbuatan kedua
rekannya melakukan hal serupa yang dilakukan Tejo, hanya saja Anton
menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Yuli.
Begitulah selanjutnya, masing-masing dari mereka
kembali memperkosa Yuli sehingga baik Anton, Tejo dan Iwan dapat merasakan
nikmatnya vagina Yuli dan hangatnya kuluman bibir Yuli yang melingkari
penis-penis mereka. Mereka benar-benar sudah melampaui batasan keinginan
berbalas denadam terhadap Yuli yang tadinya masih polos itu.
Sebelum meninggalkan Yuli sendirian di rumah kosong,
mereka sempat membuat photo-photo telanjang Yuli yang dipergunakan untuk
mengancam Yuli seandainya buka mulut. Photo-photo tersebut akan disebarkan ke
seantero sekolah Yuli jika memang benar-benar Yuli melaporkan hal tersebut ke
orang lain.
Hari-hari selanjutnya dengan berbagai ancaman, Yuli
terpaksa pasrah diperkosa kembali oleh Anton dan kawan-kawan sampai belasan
kali. Dan setiap kali diperkosa, jumlahnya selalu bertambah, hingga terakhir
Yuli diperkosa 40 orang, dan dipaksa menelan sperma setiap pemerkosanya.
Sungguh malang nasib Yuli
0 komentar:
Posting Komentar